Di usia senja, seorang kakek berusia 86 tahun dari Jawa Barat hidup sebatang kara, bertahan hidup dengan mengamen menggunakan alat musik kecapi. Kakek ini, yang tidak memiliki keluarga dekat, menggantungkan hidupnya dari belas kasih orang-orang yang ditemuinya saat mengamen di jalanan. Dengan kondisi tubuh yang sudah renta, ia tetap berusaha keras mencari nafkah setiap hari.
Kakek tersebut sering terlihat di sekitar kota, memainkan kecapi tradisional, alat musik Sunda yang sudah jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Meski sederhana, denting kecapi yang dimainkan dengan penuh penghayatan berhasil menarik perhatian orang-orang. Ia kerap kali mengamen di pasar atau di sudut-sudut jalan, berharap mendapatkan uang receh dari mereka yang tersentuh oleh kisah hidupnya yang memilukan.
Latar Belakang Kehidupan Kakek
Dari informasi yang diperoleh, kakek ini tinggal di sebuah gubuk sederhana yang jauh dari layak. Rumah tersebut nyaris runtuh, dengan dinding yang terbuat dari bambu dan atap yang bocor. Tanpa adanya fasilitas dasar seperti listrik atau air bersih, kehidupannya sangat sulit. Sebagian besar uang hasil ngamen hanya cukup untuk membeli makanan sederhana, tanpa ada sisa untuk kebutuhan lain seperti perbaikan rumah atau perawatan kesehatan.
Kakek ini dulunya adalah seorang petani, namun seiring bertambahnya usia dan kondisi fisiknya yang semakin lemah, ia tidak lagi mampu bekerja di ladang. Sejak kehilangan pekerjaan, ia memutuskan untuk mencari nafkah dengan bermain kecapi, satu-satunya keterampilan yang ia miliki. Sayangnya, penghasilannya sebagai pengamen tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Kehidupan yang Penuh Tantangan
Keseharian kakek ini penuh dengan tantangan. Setiap hari, ia harus berjalan kaki berkilometer dengan kondisi tubuh yang lemah hanya untuk bisa mengamen. Terkadang, dalam sehari ia hanya mendapatkan sedikit uang, yang tidak cukup untuk membeli makanan. Meski begitu, kakek ini tidak pernah mengeluh dan tetap semangat menjalani hari-harinya. Ia selalu berusaha mandiri, enggan meminta-minta atau mengandalkan bantuan orang lain.
Dalam beberapa kesempatan, kakek ini mengungkapkan bahwa ia merasa sangat kesepian. Tidak adanya keluarga yang mendampingi, serta jarangnya interaksi dengan orang lain membuatnya merasa terisolasi. Walau demikian, ia mengaku tetap bersyukur bisa bertahan hidup hingga usia lanjut.
Bantuan dari Warga Sekitar
Meskipun hidup dalam keterbatasan, kisah kakek ini tidak luput dari perhatian warga sekitar. Beberapa orang yang mengenalnya terkadang memberikan bantuan, seperti makanan atau pakaian. Selain itu, ada juga warga yang merasa tergerak untuk membantunya memperbaiki rumahnya yang hampir roboh. Namun, bantuan tersebut belum cukup untuk memperbaiki keseluruhan kondisinya yang sangat memprihatinkan.
Di media sosial, kisah kakek ini juga sempat viral, di mana beberapa netizen mencoba menggalang dana untuk membantunya. Meskipun demikian, bantuan yang didapatkan masih terbatas dan belum mampu mengubah kehidupannya secara signifikan.
Harapan untuk Masa Depan
Meski menjalani hidup yang berat, kakek ini tetap memiliki harapan. Ia berharap bisa mendapatkan bantuan lebih agar kehidupannya bisa lebih layak di sisa usianya. Selain itu, ia juga berharap ada pihak yang mau memperbaiki rumahnya sehingga ia bisa tinggal dengan lebih nyaman. Baginya, bisa hidup dengan layak di usia senja sudah menjadi impian yang ingin ia wujudkan.
Kakek ini juga memiliki keinginan untuk terus bermain kecapi selama fisiknya masih memungkinkan. Baginya, kecapi bukan hanya alat untuk mencari nafkah, tapi juga cara untuk mengekspresikan dirinya dan menyambung kehidupannya sehari-hari. Ia berharap denting kecapi yang ia mainkan bisa terus menghibur orang-orang dan membawa kebahagiaan meski dalam keterbatasan.
Halaman Selanjutnya..